Rabu, 07 Desember 2016

Mengenal Badai Antariksa



Badai Matahari
Energi Matahari dihantarkan menuju fotosfera melalui konveksi (aliran) di lapisan konvektif yang lantas muncul di fotosfera sebagai granulae (gelembung). Konveksi juga merupakan mekanisme magnetohidrodinamik yang memproduksi medan magnet Matahari yang sangat kuat. Akibat adanya perbedaan periode rotasi Matahari antara ekuator (25,4 hari) dengan kutub (36 hari) menyebabkan garis–garis gaya magnet Matahari mengalami puntiran sehingga menonjol keluar di beberapa lokasi khususnya di lintang menengah/tinggi. Warna lokasi ini lebih gelap karena suhunya 1.500 Kelvin lebih rendah, sehingga dinamakan bintik Matahari (sunspot).
Oleh sebab belum jelas, medan magnet Matahari memiliki siklus 22 tahun dengan jumlah bintik Matahari meningkat setiap antara 8 hingga 15 tahun sekali atau rata–rata 11 tahun sekali. Bintik Matahari menyebabkan gangguan pada pemancaran energi Matahari di lokasi tersebut, namun sifatnya hanya sementara. Bintik Matahari bisa dianggap sebagai bendungan pasir di arus air yang liar, yang lama–lama bakal jebol ketika kekuatannya tak sanggup lagi mengatasi tekanan arus air. ‘Jebol’nya bintik Matahari akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai arus proton atau elektron menyusuri garis–garis gaya magnet Matahari di lokasi tersebut. Inilah badai Matahari, yang rata–rata mampu melontarkan 10–100 juta ton elektron berkecepatan rata–rata 500 km/detik. Jumlah ini jauh di atas massa angin Matahari, yakni massa Matahari yang secara reguler terlepas ke sekitarnya dengan jumlah ‘hanya’ 1,6 juta ton/detik.
Implikasi bagi Bumi
Untungnya Bumi mempunyai ‘selimut’ pelindung tak kasatmata guna mengantisipasi angin dan badai Matahari, yakni magnetosfer (medan magnet Bumi) yang terdiri dari sejumlah lapisan dengan terbawah sabuk radiasi van–Allen. Magnetosfer berperan membelokkan aliran proton dan elektron Matahari ke kutub–kutub geomagnet, dimana semakin tinggi energi partikel maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus sebelum partikel itu terbelokkan. Proton dan elektron yang terbelokkan itu akan berbenturan dengan atom–atom Oksigen dan Nitrogen di lapisan atmosfer setinggi + 70 km sehingga memicu proses promosi–eksitasi atomik yang memproduksi cahaya berwarna–warni yang kita kenal sebagai aurora.
Namun setinggi apapun energi partikel Matahari, ia akan terbelokkan tanpa sempat berdampak bagi atmosfer Bumi. Inilah yang membedakan Bumi dengan tetangga terdekat kita: Venus. Meski hampir identik dengan Bumi dalam hal massa dan diameter (sehingga sering disebut kembaran Bumi), Venus ternyata tidak memiliki medan magnet sehingga saat diterpa badai Matahari akan langsung terpanggang hebat oleh aliran proton dan elektron energetik yang menerpanya. Simulasi magnetohidrodinamik menunjukkan hantaman badai Matahari menghasilkan kenaikan suhu permukaan Venus sampai 150o Celcius di atas normal selama 10 menit kemudian sebelum suhunya sedikit menurun menjadi 90o Celcius di atas normal.
Masalah utama badai Matahari bagi manusia modern adalah kemajuan peradaban yang membuat manusia kian bertumpu pada alat–alat elektronik. Nyaris tak ada bagian kehidupan manusia yang tidak mendapat sentuhan budaya elektronik, baik jaringan finansial, komunikasi, transportasi, kelistrikan, kesehatan, layanan pemerintahan, interkoneksi energi dan sebagainya. Padahal alat–alat elektronik ini sangat rentan terhadap gangguan listrik, sementara aliran partikel proton dan elektron Matahari ke kutub geomagnetik pada hakikatnya adalah arus listrik berkekuatan jutaan ampere. Arus listrik ini akan memproduksi medan magnet di sekitarnya dan sebaliknya perubahan medan magnet tersebut akan memproduksi arus listrik induksi di permukaan Bumi. Akibatnya badai Matahari, khususnya yang sangat kuat mampu menghasilkan arus listrik induksi permukaan Bumi berkekuatan hingga ratusan Ampere, yang mengalir melalui segala jenis penghantar seperti jaringan listrik, perpipaan maupun kabel telekomunikasi. Arus sebesar ini bila mengenai alat–alat elektronik amat mampu melumpuhkannya dan membuatnya terbakar.
Badai Matahari 1 September 1859 (Carrington event) adalah pelajaran pertama persentuhan alat–alat elektronik dengan badai Matahari, tatkala jaringan telegraf transatlantik antara Amerika dan Eropa lumpuh. Percikan api akibat arus induksi sanggup membakar kertas telegraf, meski di sisi lain jaringan itu hidup sepenuhnya dan bisa digunakan untuk mengirimkan pesan walau catudayanya dimatikan. Peristiwa terpopuler adalah terbakarnya jaringan listrik Ontario Hydro yang menyebabkan 6 juta penduduk Quebec (Canada) harus hidup tanpa listrik selama 9 jam akibat badai Matahari 13 Maret 1989.

1 komentar:

  1. Best Casinos in the Philippines | LuckyClub
    It was very nice to stay with friends and people who loved playing in the casino. luckyclub.live When I first played, I enjoyed gambling on my cell phones.

    BalasHapus